1. ASAL USUL.
Beliau adalah putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said.
Seperti ayahnya, dalam berdakwah beliau menggunakan cara halus, ibarat mengambil ikan
tidak sampai mengeruhkan airnya. Itulah cara yang ditempuh untuk menyiarkan agama Islam di
sekitar Gunung Muria. Tempat tinggal beliau di gunung Muria yang salah satu puncaknya
bernama Colo. Letaknya di sebelah utara kota Kudus. Menurut Solichim Salam, sasaran
dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Beliaulah satu-satunya
wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk
menyampaikan Islam. Dan beliau pula yang menciptakan tembang Sinom dan Kinanti.
2. SAKTI MANDRAGUNA.
Bahwa Sunan Muria itu adalah Wali yang sakti, kuatfisiknya dapat dibuktikan dengan letak
padepokannya yang terletak diatas gunung . Menurut pengalaman penulis jarak antara kaki
undag-undagan atau tangga dari bawah bukit sampai kemakam Sunan Muria (tidak kurang
dari750 M).
Sunan Muria / Raden Umar Said
Bayangkanlah, jika Sunan Muria dan istrinya atau dengan muridnya setiap hari harus
naik-turun, turun-naik guna menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat ,atau
berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hal itu tidak dapat
dilakukannya tanpa adanya fisik yang kuat. Soalnya menunggang kuda tidak mungkin dapat
dilakukan untuk mencapai tempat tinggal Sunan Muria.Harus jalan kaki. Itu berarti Sunan Muria
memiliki kesaktian tinggi, demikian pula murid-muridnya.
Bukti bahwa Sunan Muria adalah guru yang sakti mandraguna dapat ditemukan dalam kisah
Perkawinan Sunan Muria dengan Dewi Roroyono. Dewi Roroyono adalah putri Sunan Ngerang,
yaitu seorang ulama yang disegani masyarakat karena ketinggian ilmunya, tempat tinggalnya di
Juana. Demikian saktinya Sunan Ngerang ini sehingga Sunan Muria dan Sunan Kudus
sampai-sampai berguru kepada beliau.
Pada suatu hari Sunan Ngerang mengadakan syukuran atas usia Dewi Roroyono yang genap
dua puluh tahun. Murid-murid diundang semua.Seperti : Sunan Muria, Sunan Kudus ,Adipati
Pathak Warak, Kapa dan adiknya Gentiri .Tetangga dekat juga diundang, demikian pula sanak
kadang yang dari jauh.
Setelah tamu berkumpul DewiRoroyono dan adiknya yaitu Dewi Roro Pujiwati keluar
menghidangkan makanan dan minuman. Keduanya adalah dara-dara yang cantik rupawan.
Sunan Muria / Raden Umar Said
Terutama Dewi Roroyono yang berusia dua puluh tahun, bagaikan bunga yang sedang mekar
mekarnya.
Bagi Sunan Kudus dan Sunan Muria yang sudah berbekal ilmu agama dapat menahan
pandangan matanya sehingga tidak terseret oleh godaan setan. Tapi seorang murid Sunan
Ngerang yang lain yaitu Adipati Pathak Warak memandang Dewi Roroyono dengan mata tidak
berkedip melihat kecantikan gadis itu. Sewaktu menjadi cantrik atau murid Sunan Ngerang,
yaitu ketika Pathak Warak belum menjadi Adipati, Roroyono masih kecil, belum nampak benar
kecantikannya yang mempersona, sekarang, gadis itu benar-benar membuat Adipati Pathak
Warak tergila-gila. Sepasang matanya hampir melotot memandangi gadis itu terus menerus.
Karena dibakar api asmara yang menggelora, Pathak Warak tidak tahan lagi. Dia menggoda
Roroyono dengan ucapan-ucapan yang tidak pantas. Lebih-lebih setelah lelaki itu bertindak
kurang ajar. Tentu saja Roroyono merasa malu sekali, lebih-lebih ketika lelaki itu berlaku
kurang ajar dengan memegangi bagian-bagian tubuhnya yang tak pantas disentuh. Si gadis
naik pitam, nampan berisi minuman yang dibawanya sengaja ditumpahkan ke pakaian sang
Adipati.
Pathak Warak menyumpah-nyumpah, hatinya marah sekali diperlakukan seperti itu. Apalagi
dilihatnya para tamu menertawakan kekonyolannya itu, diapun semakin malu.
Hampir saja Roroyono ditamparnya kalau tidak ingat bahwa gadis itu adalah putri gurunya.
Sunan Muria / Raden Umar Said
Roroyono masuk ke dalam kamarnya, gadis itu menangis sejadi-jadinya karena dipermalukan
oleh Pathak Warak. Malam hari tamu-tamu dari dekat sudah pulang ke tempatnya
masingmasing.
Tamu dari jauh terpaksa menginap dirumah Sunan Ngerang, termasuk Pathak Warak dan
Sunan Muria. Namun hingga lewat tengah malam Pathak Warak belum dapat memejamkan
matanya. Pathak Warak kemudian bangkit dari tidurnya mengendap-endap ke kamar
Roroyono. Gadis itu disiramnya sehingga tak sadarkan diri, kemudian melalui genteng Pathak
Warak melorot turun dan membawa lari gadis itu melalui jendela. Dewi Roroyono dibawa lari ke
Mandalika, wilayah Keling atau Kediri. Setelah Sunan Ngerang mengetahui bahwa putrinya di
culik oleh Pathak Warak, maka beliau berikrar siapa saja yang berhasil membawa putrinya itu
bila perempuan akan dijadikan saudara Dewi Roroyono. Tak ada yang menyatakan
kesanggupannya. Karena semua orang telah maklum akan kehebatan dan kekejaman Pathak
Warak. Hanya Sunan Muria yang bersedia memenuhi harapan Sunan Ngerang.
“Saya akan berusaha mengambil Diajeng Roroyono dari tangan Pathak Warak,” Kata Sunan
Muria.
Tetapi, ditengah perjalanan Sunan Muria bertemu dengan Kapa dan Gentiri, adik seperguruan
yang lebih dahulu pulang sebelum acara syukuran berakhir. Kedua orang itu merasa heran
melihat Sunan Muria berlari cepat menuju arah daerah Keling.
Sunan Muria / Raden Umar Said
“Mengapa Kakang tampak tergesa-gesa ?” tanya Kapa. Sunan Muria lalu menceritakan
penculikan Dewi Roroyono yang dilakukan oleh Pathak Warak. Kapa dan Gentiri sangat
menghormati Sunan Muria sebagai saudara seperguruan yang lebih tua.
Keduanya lantas menyatakan diri untuk membantu Sunan Muria merebut kembali Dewi
Roroyono.
“Kakang sebaiknya pulang ke Padepokan Gunung Muria. Murid-murid Kakang sangat
membutuhkan bimbingan. Biarlah kami yang berusaha merebut di Ajeng Roroyono kembali.
Kalau berhasil Kakang tetap berhak mengawininya, kami hanya sekedar membantu.” Demikian
kata Kapa.
“Aku masih sanggup merebutnya sendiri,” Ujar Sunan Muria.
“Itu benar, tapi membimbing orang memperdalam agama Islam juga lebih penting, percayalah
pada kami. Kami pasti sanggup merebutnya kembali.” kata Kapa ngotot.
Sunan Muria akhirnya meluluskan permintaan adik seperguruannya itu. Rasanya tidak enak
menolak seseorang yang hendak berbuat baik. Lagi pula ia harus menengok para santrinya di
Padepokan Gunung Muria. Untuk merebut Dewi Roroyono dari tangan Pathak Warak, Kapa
Sunan Muria / Raden Umar Said
dan Gentiri ternyata meminta bantuan seorang Wiku Lodhang di pulau Sprapat yang dikenal
sebagai tokoh sakti yang jarang tandingannya. Usaha mereka berhasil. Dewi Roroyono
dikembalikan ke Ngerang. Hari berikutnya Sunan Muria hendak ke Ngerang.
Ingin mengetahui perkembangan usaha Kapa dan Gentiri. Ditengah jalan beliau bertemu
dengan Adipati Pathak Warak.
“Hai Pathak Warak berhenti kau !”Bentak Sunan Muria.
Pathak Warak yang sedang naik kuda terpaksa berhenti karena Sunan Muria menghadang di
depannya.
“Minggir ! Jangan menghalangi jalanku !” Hardik Pathak Warak.
“Boleh, asal kau kembalikan Dewi Roroyono !”
“Goblok! Roroyono sudah dibawa Kapa dan Gentiri !Kini aku hendak mengejar mereka!” Umpat
Pathak Warak.
Sunan Muria / Raden Umar Said
“Untuk apa kau mengejar mereka?”
“Merebutnya kembali!” jawab Pathak Warak dengan sengit .
“Kalau begitu langkahi dulu mayatku, Roroyono telah dijodohkan denganku !”Ujar Sunan Muria
sambil pasang kuda -kuda.
Tampabasa-basi Pathak Warak melompat dari punggung kuda .Dia merangsak ke Arah Sunan
Muria dengan jurus –jurus cakar harimau. Tapi dia bukan tandingan putra Sunan Kalijaga yang
memiliki segudang kesaktian. Hanya dalam beberapa kali gebrakan ,Pathak Warak telah jatuh
atau roboh ditanah dalam keadaan fatal. Seluruh kesaktiannya lenyap dan ia menjadi lumpuh
tak mampu untuk bangkit berdiri apalagi berjalan. Sunan Muria kemudian meneruskan
perjalanan ke Juana, kedatangannya disambut gembira oleh Sunan Ngerang. Karena Kapa dan
Gentiri telah bercerita secara jujur bahwa mereka sendirilah yang memaksa mengambil alih
tugas Sunan Muria mencari Roroyono, maka Sunan Ngerang pada akhirnya menjodohkan Dewi
Roroyono dengan Sunan Muria.
Upacara pernikahanpun segera dilaksanakan. Kapa dan Gentiri yang berjasa besar itu diberi
hadiah Tanah di desa Buntar. Dengan hadiah itu keduanya sudah menjadi orang kaya yang
kehidupannya serba berkecukupan.
Sedang Sunan Muria segera memboyong istrinya ke Pedepokan Gunung Muria. Mereka hidup
bahagia, karena merupakan pasangan yang ideal.
Sunan Muria / Raden Umar Said
Tidak demikian halnya dengan Kapa dan Gentiri. Sewaktu membawa Dewi Roroyono dari
Keling ke Ngerang agaknya mereka terlanjur terpesona oleh kecantikan wanita jelita itu.
Siang malam mereka tak dapat tidur.Wajah wanita itu senantiasa terbayang.Namun karena
wanita itu sudah diperistri kakak seperguruannya mereka tak dapat berbuat apa-apalagi.
Hanya penyesalan yang menghujam didada. Mengapa dulu mereka buru –buru menawarkan
jasa baiknya. Betapa enaknya Sunan Muria, tanpa bersusah payah sekarang nenikmati
kebahagiaan bersama gadis yang mereka dambakan. Inilah hikmah ajaran agama agar lelaki
diharuskan menahan pandangan matanya dan menjaga kehormatan mereka. (kemaluan).
Andaikata Kapa dan Gentiri tidak menatap terus kearah wajah dan tubuh Dewi Roroyono yang
indah itu pasti mereka tidak akan terpesona, dan tidak terjerat oleh Iblis yang memasang
perangkap pada pandangan mata.
Kini Kapa dan Gentiiri benar-benar telah dirasuki Iblis. Mereka bertekad hendak merebut Dewi
Roroyono dari tangan Sunan Muria. Mereka telah sepakat untuk menjadikan wanita itu sebagai
istri bersama secara bergiliran. Sungguh keji rencana mereka. Gentiri berangkat lebih dulu ke
Sunan Muria / Raden Umar Said
Gunung Muria. Namun ketika ia hendak melaksanakan niatnya dipergoki oleh murid-murid
Sunan Muria, terjadilah pertempuran dasyart .Apalagi ketika Sunan Muria keluar menghadapi
Gentiri, suasana menjadi semakin panas, akhirnya Gentiri tewas menemui ajalnya dipuncak
Gunung Muria.
Kematian Gentiri cepat tersebar ke berbagai daerah. Tapi tidak membuat surut niat Kapa. Kapa
cukup cerdik. Dia datang ke Gunung Muria secara diam-diam di malam hari.
Tak seorangpun yang mengetahuinya. Kebetulan pada saat itu Sunan Muria dan beberapa
murid pilihannya sedang bepergian ke Demak Bintoro. Kapa menyirap murid-murid Sunan
Muria yang berilmu rendah ………. yang ditugaskan menjaga Dewi Roroyono. Kemudian
dengan mudahnya Kapa menculik dan membawa wanita impiannya itu ke Pulau Seprapat.
Pada saat yang sama, sepulangnya dari Demak Bintoro, Sunan Muria bermaksud mengadakan
kunjungan kepada Wiku Lodhang. Datuk diPulau Seprapat .Ini biasa dilakukannya bersahabat
dengan pemeluk agama lain bukanlah suatu dosa. Terlebih sang Wiku itu pernah menolongnya
merebut Dewi Roroyono dari Pathak Warak.
Seperti ajaran Sunan Kalijaga yang mampu hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain
dalam suatu negeri. Lalu ditunjukkan akhlak Islam yang mulia dan agung.
Sunan Muria / Raden Umar Said
Bukannya berdebat tentang perbedaan agama itu sendiri. Dengan menerapkan ajaran-ajaran
akhlak yang mulia itu nyatanya banyak pemeluk agama lain yang pada akirnya tertarik dan
masuk Islam secara suka rela.
Ternyata, kedatangan Kapa ke pulau Seprapat itu tidak di sambut baik oleh Wiku Lodhang
Datuk.
“Memalukan ! benar-benar nista perbuatanmu itu ! Cepat kembalikan istri kakanda
seperguruanmu sendiri itu !” hardik Wiku Lodhang Datuk dengan marah.
“Bapa guru ini bagaimana, bukankah aku ini muridmu ? Mengapa tidak kau bela ?” protes
Kapa.
“Apa ? Membela perbuatan durjana ?” Bentak Wiku Lodhang Datuk.
“Sampai matipun aku takkan sudi membela kebejatan budi perkerti walau pelakunya Itu murid
kusendiri!”
Perdebatan antara guru dan murid itu berlangsung lama.Tanpa mereka sadari Sunan Muria
sudah sampai ditempat itu. Betapa terkejutnya Sunan Muria melihat istrinya sedang tergolek
ditanah dalam keadaan terikat kaki dan tangannya. Sementara Kapa dilihatnya sedang adu
Sunan Muria / Raden Umar Said
mulut dengan gurunya yaitu Wiku Lodhang Datuk menjauh, melangkah menuju Dewi Roroyono
untuk membebaskan dari belenggu yang dilakukan Kapa. Bersamaan dengan selesainya sang
Wiku membuka tali yang mengikat tubuh Dewi Roroyono. Tiba-tiba terdengar jeritan keras dari
mulut Kapa.
Ternyata, serangan dengan mengerahkan aji kesaktian yang dilakukan Kapa berbalik
menghantam dirinya sendiri. Itulah ilmu yang dimiliki Sunan Muria. Mampu membalikkan
serangan lawan. Karena Kapa mempergunakan aji pemungkas yaitu puncak kesaktian yang
dimilikinya maka ilmu akhirnya merengut nyawa nya sendiri.
“Maafkan saya Tuan Wiku ….. “ ujar Sunan Muria agak menyesal.
“Tidak mengapa, sudah sepantasnya dia menerima hukuman ini. Menyesal aku telah
memberikan ilmu kepadanya. Ternyata ilmu itu digunakan untuk jalan kejahatan,” Guman sang
Wiku.
Dengan langkah gontai sang Wiku mengangkat jenazah muridnya. Bagaimanapun Kapa adalah
muridnya, pantaslah kalau dia menguburkannya secara layak. Pada akhirnya Dewi Roroyono
dan Sunan Muria kembali ke padepokan dan hidup berbahagia.
Beliau adalah putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said.
Seperti ayahnya, dalam berdakwah beliau menggunakan cara halus, ibarat mengambil ikan
tidak sampai mengeruhkan airnya. Itulah cara yang ditempuh untuk menyiarkan agama Islam di
sekitar Gunung Muria. Tempat tinggal beliau di gunung Muria yang salah satu puncaknya
bernama Colo. Letaknya di sebelah utara kota Kudus. Menurut Solichim Salam, sasaran
dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Beliaulah satu-satunya
wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk
menyampaikan Islam. Dan beliau pula yang menciptakan tembang Sinom dan Kinanti.
2. SAKTI MANDRAGUNA.
Bahwa Sunan Muria itu adalah Wali yang sakti, kuatfisiknya dapat dibuktikan dengan letak
padepokannya yang terletak diatas gunung . Menurut pengalaman penulis jarak antara kaki
undag-undagan atau tangga dari bawah bukit sampai kemakam Sunan Muria (tidak kurang
dari750 M).
Sunan Muria / Raden Umar Said
Bayangkanlah, jika Sunan Muria dan istrinya atau dengan muridnya setiap hari harus
naik-turun, turun-naik guna menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat ,atau
berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hal itu tidak dapat
dilakukannya tanpa adanya fisik yang kuat. Soalnya menunggang kuda tidak mungkin dapat
dilakukan untuk mencapai tempat tinggal Sunan Muria.Harus jalan kaki. Itu berarti Sunan Muria
memiliki kesaktian tinggi, demikian pula murid-muridnya.
Bukti bahwa Sunan Muria adalah guru yang sakti mandraguna dapat ditemukan dalam kisah
Perkawinan Sunan Muria dengan Dewi Roroyono. Dewi Roroyono adalah putri Sunan Ngerang,
yaitu seorang ulama yang disegani masyarakat karena ketinggian ilmunya, tempat tinggalnya di
Juana. Demikian saktinya Sunan Ngerang ini sehingga Sunan Muria dan Sunan Kudus
sampai-sampai berguru kepada beliau.
Pada suatu hari Sunan Ngerang mengadakan syukuran atas usia Dewi Roroyono yang genap
dua puluh tahun. Murid-murid diundang semua.Seperti : Sunan Muria, Sunan Kudus ,Adipati
Pathak Warak, Kapa dan adiknya Gentiri .Tetangga dekat juga diundang, demikian pula sanak
kadang yang dari jauh.
Setelah tamu berkumpul DewiRoroyono dan adiknya yaitu Dewi Roro Pujiwati keluar
menghidangkan makanan dan minuman. Keduanya adalah dara-dara yang cantik rupawan.
Sunan Muria / Raden Umar Said
Terutama Dewi Roroyono yang berusia dua puluh tahun, bagaikan bunga yang sedang mekar
mekarnya.
Bagi Sunan Kudus dan Sunan Muria yang sudah berbekal ilmu agama dapat menahan
pandangan matanya sehingga tidak terseret oleh godaan setan. Tapi seorang murid Sunan
Ngerang yang lain yaitu Adipati Pathak Warak memandang Dewi Roroyono dengan mata tidak
berkedip melihat kecantikan gadis itu. Sewaktu menjadi cantrik atau murid Sunan Ngerang,
yaitu ketika Pathak Warak belum menjadi Adipati, Roroyono masih kecil, belum nampak benar
kecantikannya yang mempersona, sekarang, gadis itu benar-benar membuat Adipati Pathak
Warak tergila-gila. Sepasang matanya hampir melotot memandangi gadis itu terus menerus.
Karena dibakar api asmara yang menggelora, Pathak Warak tidak tahan lagi. Dia menggoda
Roroyono dengan ucapan-ucapan yang tidak pantas. Lebih-lebih setelah lelaki itu bertindak
kurang ajar. Tentu saja Roroyono merasa malu sekali, lebih-lebih ketika lelaki itu berlaku
kurang ajar dengan memegangi bagian-bagian tubuhnya yang tak pantas disentuh. Si gadis
naik pitam, nampan berisi minuman yang dibawanya sengaja ditumpahkan ke pakaian sang
Adipati.
Pathak Warak menyumpah-nyumpah, hatinya marah sekali diperlakukan seperti itu. Apalagi
dilihatnya para tamu menertawakan kekonyolannya itu, diapun semakin malu.
Hampir saja Roroyono ditamparnya kalau tidak ingat bahwa gadis itu adalah putri gurunya.
Sunan Muria / Raden Umar Said
Roroyono masuk ke dalam kamarnya, gadis itu menangis sejadi-jadinya karena dipermalukan
oleh Pathak Warak. Malam hari tamu-tamu dari dekat sudah pulang ke tempatnya
masingmasing.
Tamu dari jauh terpaksa menginap dirumah Sunan Ngerang, termasuk Pathak Warak dan
Sunan Muria. Namun hingga lewat tengah malam Pathak Warak belum dapat memejamkan
matanya. Pathak Warak kemudian bangkit dari tidurnya mengendap-endap ke kamar
Roroyono. Gadis itu disiramnya sehingga tak sadarkan diri, kemudian melalui genteng Pathak
Warak melorot turun dan membawa lari gadis itu melalui jendela. Dewi Roroyono dibawa lari ke
Mandalika, wilayah Keling atau Kediri. Setelah Sunan Ngerang mengetahui bahwa putrinya di
culik oleh Pathak Warak, maka beliau berikrar siapa saja yang berhasil membawa putrinya itu
bila perempuan akan dijadikan saudara Dewi Roroyono. Tak ada yang menyatakan
kesanggupannya. Karena semua orang telah maklum akan kehebatan dan kekejaman Pathak
Warak. Hanya Sunan Muria yang bersedia memenuhi harapan Sunan Ngerang.
“Saya akan berusaha mengambil Diajeng Roroyono dari tangan Pathak Warak,” Kata Sunan
Muria.
Tetapi, ditengah perjalanan Sunan Muria bertemu dengan Kapa dan Gentiri, adik seperguruan
yang lebih dahulu pulang sebelum acara syukuran berakhir. Kedua orang itu merasa heran
melihat Sunan Muria berlari cepat menuju arah daerah Keling.
Sunan Muria / Raden Umar Said
“Mengapa Kakang tampak tergesa-gesa ?” tanya Kapa. Sunan Muria lalu menceritakan
penculikan Dewi Roroyono yang dilakukan oleh Pathak Warak. Kapa dan Gentiri sangat
menghormati Sunan Muria sebagai saudara seperguruan yang lebih tua.
Keduanya lantas menyatakan diri untuk membantu Sunan Muria merebut kembali Dewi
Roroyono.
“Kakang sebaiknya pulang ke Padepokan Gunung Muria. Murid-murid Kakang sangat
membutuhkan bimbingan. Biarlah kami yang berusaha merebut di Ajeng Roroyono kembali.
Kalau berhasil Kakang tetap berhak mengawininya, kami hanya sekedar membantu.” Demikian
kata Kapa.
“Aku masih sanggup merebutnya sendiri,” Ujar Sunan Muria.
“Itu benar, tapi membimbing orang memperdalam agama Islam juga lebih penting, percayalah
pada kami. Kami pasti sanggup merebutnya kembali.” kata Kapa ngotot.
Sunan Muria akhirnya meluluskan permintaan adik seperguruannya itu. Rasanya tidak enak
menolak seseorang yang hendak berbuat baik. Lagi pula ia harus menengok para santrinya di
Padepokan Gunung Muria. Untuk merebut Dewi Roroyono dari tangan Pathak Warak, Kapa
Sunan Muria / Raden Umar Said
dan Gentiri ternyata meminta bantuan seorang Wiku Lodhang di pulau Sprapat yang dikenal
sebagai tokoh sakti yang jarang tandingannya. Usaha mereka berhasil. Dewi Roroyono
dikembalikan ke Ngerang. Hari berikutnya Sunan Muria hendak ke Ngerang.
Ingin mengetahui perkembangan usaha Kapa dan Gentiri. Ditengah jalan beliau bertemu
dengan Adipati Pathak Warak.
“Hai Pathak Warak berhenti kau !”Bentak Sunan Muria.
Pathak Warak yang sedang naik kuda terpaksa berhenti karena Sunan Muria menghadang di
depannya.
“Minggir ! Jangan menghalangi jalanku !” Hardik Pathak Warak.
“Boleh, asal kau kembalikan Dewi Roroyono !”
“Goblok! Roroyono sudah dibawa Kapa dan Gentiri !Kini aku hendak mengejar mereka!” Umpat
Pathak Warak.
Sunan Muria / Raden Umar Said
“Untuk apa kau mengejar mereka?”
“Merebutnya kembali!” jawab Pathak Warak dengan sengit .
“Kalau begitu langkahi dulu mayatku, Roroyono telah dijodohkan denganku !”Ujar Sunan Muria
sambil pasang kuda -kuda.
Tampabasa-basi Pathak Warak melompat dari punggung kuda .Dia merangsak ke Arah Sunan
Muria dengan jurus –jurus cakar harimau. Tapi dia bukan tandingan putra Sunan Kalijaga yang
memiliki segudang kesaktian. Hanya dalam beberapa kali gebrakan ,Pathak Warak telah jatuh
atau roboh ditanah dalam keadaan fatal. Seluruh kesaktiannya lenyap dan ia menjadi lumpuh
tak mampu untuk bangkit berdiri apalagi berjalan. Sunan Muria kemudian meneruskan
perjalanan ke Juana, kedatangannya disambut gembira oleh Sunan Ngerang. Karena Kapa dan
Gentiri telah bercerita secara jujur bahwa mereka sendirilah yang memaksa mengambil alih
tugas Sunan Muria mencari Roroyono, maka Sunan Ngerang pada akhirnya menjodohkan Dewi
Roroyono dengan Sunan Muria.
Upacara pernikahanpun segera dilaksanakan. Kapa dan Gentiri yang berjasa besar itu diberi
hadiah Tanah di desa Buntar. Dengan hadiah itu keduanya sudah menjadi orang kaya yang
kehidupannya serba berkecukupan.
Sedang Sunan Muria segera memboyong istrinya ke Pedepokan Gunung Muria. Mereka hidup
bahagia, karena merupakan pasangan yang ideal.
Sunan Muria / Raden Umar Said
Tidak demikian halnya dengan Kapa dan Gentiri. Sewaktu membawa Dewi Roroyono dari
Keling ke Ngerang agaknya mereka terlanjur terpesona oleh kecantikan wanita jelita itu.
Siang malam mereka tak dapat tidur.Wajah wanita itu senantiasa terbayang.Namun karena
wanita itu sudah diperistri kakak seperguruannya mereka tak dapat berbuat apa-apalagi.
Hanya penyesalan yang menghujam didada. Mengapa dulu mereka buru –buru menawarkan
jasa baiknya. Betapa enaknya Sunan Muria, tanpa bersusah payah sekarang nenikmati
kebahagiaan bersama gadis yang mereka dambakan. Inilah hikmah ajaran agama agar lelaki
diharuskan menahan pandangan matanya dan menjaga kehormatan mereka. (kemaluan).
Andaikata Kapa dan Gentiri tidak menatap terus kearah wajah dan tubuh Dewi Roroyono yang
indah itu pasti mereka tidak akan terpesona, dan tidak terjerat oleh Iblis yang memasang
perangkap pada pandangan mata.
Kini Kapa dan Gentiiri benar-benar telah dirasuki Iblis. Mereka bertekad hendak merebut Dewi
Roroyono dari tangan Sunan Muria. Mereka telah sepakat untuk menjadikan wanita itu sebagai
istri bersama secara bergiliran. Sungguh keji rencana mereka. Gentiri berangkat lebih dulu ke
Sunan Muria / Raden Umar Said
Gunung Muria. Namun ketika ia hendak melaksanakan niatnya dipergoki oleh murid-murid
Sunan Muria, terjadilah pertempuran dasyart .Apalagi ketika Sunan Muria keluar menghadapi
Gentiri, suasana menjadi semakin panas, akhirnya Gentiri tewas menemui ajalnya dipuncak
Gunung Muria.
Kematian Gentiri cepat tersebar ke berbagai daerah. Tapi tidak membuat surut niat Kapa. Kapa
cukup cerdik. Dia datang ke Gunung Muria secara diam-diam di malam hari.
Tak seorangpun yang mengetahuinya. Kebetulan pada saat itu Sunan Muria dan beberapa
murid pilihannya sedang bepergian ke Demak Bintoro. Kapa menyirap murid-murid Sunan
Muria yang berilmu rendah ………. yang ditugaskan menjaga Dewi Roroyono. Kemudian
dengan mudahnya Kapa menculik dan membawa wanita impiannya itu ke Pulau Seprapat.
Pada saat yang sama, sepulangnya dari Demak Bintoro, Sunan Muria bermaksud mengadakan
kunjungan kepada Wiku Lodhang. Datuk diPulau Seprapat .Ini biasa dilakukannya bersahabat
dengan pemeluk agama lain bukanlah suatu dosa. Terlebih sang Wiku itu pernah menolongnya
merebut Dewi Roroyono dari Pathak Warak.
Seperti ajaran Sunan Kalijaga yang mampu hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain
dalam suatu negeri. Lalu ditunjukkan akhlak Islam yang mulia dan agung.
Sunan Muria / Raden Umar Said
Bukannya berdebat tentang perbedaan agama itu sendiri. Dengan menerapkan ajaran-ajaran
akhlak yang mulia itu nyatanya banyak pemeluk agama lain yang pada akirnya tertarik dan
masuk Islam secara suka rela.
Ternyata, kedatangan Kapa ke pulau Seprapat itu tidak di sambut baik oleh Wiku Lodhang
Datuk.
“Memalukan ! benar-benar nista perbuatanmu itu ! Cepat kembalikan istri kakanda
seperguruanmu sendiri itu !” hardik Wiku Lodhang Datuk dengan marah.
“Bapa guru ini bagaimana, bukankah aku ini muridmu ? Mengapa tidak kau bela ?” protes
Kapa.
“Apa ? Membela perbuatan durjana ?” Bentak Wiku Lodhang Datuk.
“Sampai matipun aku takkan sudi membela kebejatan budi perkerti walau pelakunya Itu murid
kusendiri!”
Perdebatan antara guru dan murid itu berlangsung lama.Tanpa mereka sadari Sunan Muria
sudah sampai ditempat itu. Betapa terkejutnya Sunan Muria melihat istrinya sedang tergolek
ditanah dalam keadaan terikat kaki dan tangannya. Sementara Kapa dilihatnya sedang adu
Sunan Muria / Raden Umar Said
mulut dengan gurunya yaitu Wiku Lodhang Datuk menjauh, melangkah menuju Dewi Roroyono
untuk membebaskan dari belenggu yang dilakukan Kapa. Bersamaan dengan selesainya sang
Wiku membuka tali yang mengikat tubuh Dewi Roroyono. Tiba-tiba terdengar jeritan keras dari
mulut Kapa.
Ternyata, serangan dengan mengerahkan aji kesaktian yang dilakukan Kapa berbalik
menghantam dirinya sendiri. Itulah ilmu yang dimiliki Sunan Muria. Mampu membalikkan
serangan lawan. Karena Kapa mempergunakan aji pemungkas yaitu puncak kesaktian yang
dimilikinya maka ilmu akhirnya merengut nyawa nya sendiri.
“Maafkan saya Tuan Wiku ….. “ ujar Sunan Muria agak menyesal.
“Tidak mengapa, sudah sepantasnya dia menerima hukuman ini. Menyesal aku telah
memberikan ilmu kepadanya. Ternyata ilmu itu digunakan untuk jalan kejahatan,” Guman sang
Wiku.
Dengan langkah gontai sang Wiku mengangkat jenazah muridnya. Bagaimanapun Kapa adalah
muridnya, pantaslah kalau dia menguburkannya secara layak. Pada akhirnya Dewi Roroyono
dan Sunan Muria kembali ke padepokan dan hidup berbahagia.
Sunan Muria / Raden Umar Said
Reviewed by siuwild
on
19.27
Rating:
Tidak ada komentar: