Di postingan kali ini ane akan posting tentang Hari raya Idul adha atau sering disebut dengan hari raya qurban..
Mungkin pada postingan kali ini ane postinh tepat pada malam takbir Hari raya idul adha...
Adapun sharing ane kali ini yaitu:
Makna Iduladha
Mungkin dari kalian semua ada yang belum tahu apa itu makna dari Idul Adha.
Tanggal 10 Dzulhijjah seringkali disebut dengan hari raya Kurban. Hal ini dikarenakan adanya pelaksanaan kurban pada hari tersebut dan beberapa hari sesudahnya. Dimulai dengan pelaksannan shalat Ied di lapangan pada pagi 10 Dzulhijjah, dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban sampai tanggal 13 Dzulhijjah.
Secara bahasa, Iduladha memiliki arti hari raya kurban. Yaitu dimana kaum muslimin dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban. Sebagaimana yang telah diterangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam hadisnya yang berbunyi:
"Bulan puasa itu adalah ketika kalian berpuasa. Dan hari raya Fitri adalah hari dimana kalian berbuka / tidak berpuasa lagi. Dan Iedul Adha adalah hari dimana kalian menyembelih kurban." (H.R. Tirmidzi, Abu Daud, Baihaqi dan Ibnu Majah)
Ibrahim, Antara Loyalitas Dan Prinsip Beragama
Loyalitas Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak perlu diragukan lagi, sampai-sampai Allah memujinya dalam firmanNya,
"Sesungguhnya Ibrahim itu adalah ummah, qanith, hanif. Dan tidaklah ia tergolong kaum musyrikin." (Q.S. An-Nahl: 120)
Ada empat sifat sempurna yang dimiliki Nabi Ibrahim ‘Alaihis Sallam yang disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya, yaitu:
Pertama, ummah yang berarti panutan, pimpinan, dan orang yang mengajarkan kebaikan.
Kedua, Qanith, berasal dari kata al-Qunuth artinya yaitu terus menerus dalam ketaatan, orang yang shalat yang lama berdirinya, lama ruku’nya, dan lama sujudnya.
Ketiga, Hanif, yaitu menghadapkan hati hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memalingkannya dari yang selainnya.
Keempat, bukan dari golongan musyrikin, hal ini dikarenakan keikhlasannya dan sempurnanya kebenaran imannya, sehingga ia jauh dari syirik.
Namun bukan Nabi namanya kalau tidak diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berkat kemuliaannya, Allah mengangkat beliau sebagai Imamul Hunafa’ (orang yang hati dan niatnya murni hanya untuk Allah) sebagaimana firmanNya,
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu ia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman: ‘Sesungguhnya aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.’ Ia (Ibrahim) berkata: ‘Dan (juga) dari anak cucuku?’ Allah berfirman: ‘(Benar, tetapi) janjiKu tidak berlaku bagi orang-orang yang dzalim.’ (Q.S. Al-Baqarah: 124)
Adapun ujian Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap loyalitas Ibrahim ‘Alaihis Sallam kepada-Nya yaitu berupa peristiwa yang terjadi pada anak dan istrinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Isma’il, anak Ibrahim, sebagai cobaan atas kemurnian loyalitasnya. Dalam keadaan masih bayi , Isma’il dan Ibunya dibawa pindah ke Mekkah yang pada waktu itu belum memiliki penduduk dan berupa padang pasir yang tandus dan perbukitan batu yang tidak ada kehidupan sama sekali.
Walaupun dengan berat hati, namun Ibrahim tetap melepas anak dan istrinya untuk tinggal di tempat yang tidak berpenduduk tersebut. Itulah bukti ketaatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta"ala, sehingga ia lulus dalam ujian ini.
Namun berhasil dalam ujian tersebut bukan berarti menutup ujian yang lainnya, melainkan telah menanti ujian yang lebih berat lagi. Yaitu perintah untuk menyembelih anaknya, Isma"il. Maka Allah Subhanahu wa Ta"ala menceritakan peristiwa ini dalam firmanNya,
"Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Isma"il). Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Isma"il) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah kepadamu), Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya (untuk melaksanakan perintah Allah), lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu." Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata." (Q.S. Ash-Shaffat: 101-106)
Hikmah Berkurban
Amalan kurban di hari raya Idul Adha merupakan amal ibadah yang memiliki sejarah agung dari hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta"ala. Oleh karena itulah Allah memerintahkan kita untuk berkurban sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Qur"an,
"Maka shalatlah kamu bagi Allah dan berkurbanlah." (Q.S. Al-Kautsar: 2)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menerangkan bahwa Allah memerintahkan NabiNya untuk mengumpulkan antara dua ibadah, yaitu shalat dan kurban, yang keduanya itu menunjukkan sikap taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, sikap tawadhu" (rendah hati), selalu merasa butuh kepada Allah dan berprasangka baik kepadaNya, serta kekuatan keyakinan dan ketentraman hati bersandar kepada Allah dan janjiNya. Sebaliknya, orang-orang yang sombong dan ingkar mereka tidak pernah merasa butuh kepada Allah dalam shalatnya, dan mereka juga termasuk orang-orang yang tidak mau berkurban karena takut hartanya berkurang. Oleh karena itu Allah mengumpulkan penyebutan kedua ibadah ini dalam firmanNya,
"Katakanlah (Muhammad)! Sesungguhnya shalatku, kurbanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (Q.S. Al-An"am:162)
Sembelihan yang dimaksud disini yaitu sembelihan kurban yang dilakukan semata-mata hanya untuk Allah dan mengharap keridhaanNya. Maka kedua ibadah ini termasuk amalan yang paling mulia dari amalan taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta"ala. Oleh karena itu, semulia-mulia ibadah badani yaitu shalat, dan semulia-mulia ibadah dengan harta yaitu berkurban. Kebaikan manusia dalam ibadah lainnya tidak akan terkumpul sebanyak apa yang didapatnya dalam shalatnya, begitu pula dengan berkurban yang disertai keimanan dan keikhlasan. Itulah sebabnya Rasulullah Shallallahu "Alaihi wa Sallam banyak-banyak melakukan shalat dan menyembelih kurban.
Source: http://www.analisadaily.com
Mungkin pada postingan kali ini ane postinh tepat pada malam takbir Hari raya idul adha...
Adapun sharing ane kali ini yaitu:
Makna Iduladha
Mungkin dari kalian semua ada yang belum tahu apa itu makna dari Idul Adha.
Tanggal 10 Dzulhijjah seringkali disebut dengan hari raya Kurban. Hal ini dikarenakan adanya pelaksanaan kurban pada hari tersebut dan beberapa hari sesudahnya. Dimulai dengan pelaksannan shalat Ied di lapangan pada pagi 10 Dzulhijjah, dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban sampai tanggal 13 Dzulhijjah.
Secara bahasa, Iduladha memiliki arti hari raya kurban. Yaitu dimana kaum muslimin dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban. Sebagaimana yang telah diterangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam hadisnya yang berbunyi:
"Bulan puasa itu adalah ketika kalian berpuasa. Dan hari raya Fitri adalah hari dimana kalian berbuka / tidak berpuasa lagi. Dan Iedul Adha adalah hari dimana kalian menyembelih kurban." (H.R. Tirmidzi, Abu Daud, Baihaqi dan Ibnu Majah)
Ibrahim, Antara Loyalitas Dan Prinsip Beragama
Loyalitas Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak perlu diragukan lagi, sampai-sampai Allah memujinya dalam firmanNya,
"Sesungguhnya Ibrahim itu adalah ummah, qanith, hanif. Dan tidaklah ia tergolong kaum musyrikin." (Q.S. An-Nahl: 120)
Ada empat sifat sempurna yang dimiliki Nabi Ibrahim ‘Alaihis Sallam yang disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya, yaitu:
Pertama, ummah yang berarti panutan, pimpinan, dan orang yang mengajarkan kebaikan.
Kedua, Qanith, berasal dari kata al-Qunuth artinya yaitu terus menerus dalam ketaatan, orang yang shalat yang lama berdirinya, lama ruku’nya, dan lama sujudnya.
Ketiga, Hanif, yaitu menghadapkan hati hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memalingkannya dari yang selainnya.
Keempat, bukan dari golongan musyrikin, hal ini dikarenakan keikhlasannya dan sempurnanya kebenaran imannya, sehingga ia jauh dari syirik.
Namun bukan Nabi namanya kalau tidak diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berkat kemuliaannya, Allah mengangkat beliau sebagai Imamul Hunafa’ (orang yang hati dan niatnya murni hanya untuk Allah) sebagaimana firmanNya,
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu ia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman: ‘Sesungguhnya aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.’ Ia (Ibrahim) berkata: ‘Dan (juga) dari anak cucuku?’ Allah berfirman: ‘(Benar, tetapi) janjiKu tidak berlaku bagi orang-orang yang dzalim.’ (Q.S. Al-Baqarah: 124)
Adapun ujian Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap loyalitas Ibrahim ‘Alaihis Sallam kepada-Nya yaitu berupa peristiwa yang terjadi pada anak dan istrinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Isma’il, anak Ibrahim, sebagai cobaan atas kemurnian loyalitasnya. Dalam keadaan masih bayi , Isma’il dan Ibunya dibawa pindah ke Mekkah yang pada waktu itu belum memiliki penduduk dan berupa padang pasir yang tandus dan perbukitan batu yang tidak ada kehidupan sama sekali.
Walaupun dengan berat hati, namun Ibrahim tetap melepas anak dan istrinya untuk tinggal di tempat yang tidak berpenduduk tersebut. Itulah bukti ketaatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta"ala, sehingga ia lulus dalam ujian ini.
Namun berhasil dalam ujian tersebut bukan berarti menutup ujian yang lainnya, melainkan telah menanti ujian yang lebih berat lagi. Yaitu perintah untuk menyembelih anaknya, Isma"il. Maka Allah Subhanahu wa Ta"ala menceritakan peristiwa ini dalam firmanNya,
"Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Isma"il). Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Isma"il) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah kepadamu), Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya (untuk melaksanakan perintah Allah), lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu." Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata." (Q.S. Ash-Shaffat: 101-106)
Hikmah Berkurban
Amalan kurban di hari raya Idul Adha merupakan amal ibadah yang memiliki sejarah agung dari hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta"ala. Oleh karena itulah Allah memerintahkan kita untuk berkurban sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Qur"an,
"Maka shalatlah kamu bagi Allah dan berkurbanlah." (Q.S. Al-Kautsar: 2)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menerangkan bahwa Allah memerintahkan NabiNya untuk mengumpulkan antara dua ibadah, yaitu shalat dan kurban, yang keduanya itu menunjukkan sikap taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, sikap tawadhu" (rendah hati), selalu merasa butuh kepada Allah dan berprasangka baik kepadaNya, serta kekuatan keyakinan dan ketentraman hati bersandar kepada Allah dan janjiNya. Sebaliknya, orang-orang yang sombong dan ingkar mereka tidak pernah merasa butuh kepada Allah dalam shalatnya, dan mereka juga termasuk orang-orang yang tidak mau berkurban karena takut hartanya berkurang. Oleh karena itu Allah mengumpulkan penyebutan kedua ibadah ini dalam firmanNya,
"Katakanlah (Muhammad)! Sesungguhnya shalatku, kurbanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (Q.S. Al-An"am:162)
Sembelihan yang dimaksud disini yaitu sembelihan kurban yang dilakukan semata-mata hanya untuk Allah dan mengharap keridhaanNya. Maka kedua ibadah ini termasuk amalan yang paling mulia dari amalan taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta"ala. Oleh karena itu, semulia-mulia ibadah badani yaitu shalat, dan semulia-mulia ibadah dengan harta yaitu berkurban. Kebaikan manusia dalam ibadah lainnya tidak akan terkumpul sebanyak apa yang didapatnya dalam shalatnya, begitu pula dengan berkurban yang disertai keimanan dan keikhlasan. Itulah sebabnya Rasulullah Shallallahu "Alaihi wa Sallam banyak-banyak melakukan shalat dan menyembelih kurban.
Source: http://www.analisadaily.com
Sedikit sharing tentang Hari raya idul adha
Reviewed by siuwild
on
09.26
Rating:
Tidak ada komentar: